Tahun Vivere Pericoloso (TAVIP)


Kalimat "vivere pericoloso" ( TAVIP )seringkali dijadikan pidato nya Bung Karno di berbagai kesempatan. Pertanyaan nya adalah mengapa Bung Karno sangat gandrung menyitir kalimat itu ? Apa sesungguh nya makna terdalam yang dapat didadarkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat ? Dan sampai sejauh mana istilah itu mampu menggugah semangat dan daya juang rakyat dalam membangun negara dan bangsa nya ditengah-tengah suasana yang penuh dengan ketidak-pastian ? 

Menurut Prof. Safii Maarif (Mantan Ketua Umum PP Muhammadiah) vivere pericoloso umum nya terkait dengan orang yang mau dekat dengan bahaya. Hal yang tak jauh berbeda ditegaskan pula oleh Prof. Asep Warlan (Guru Besar Ilmu Hukum UNPAR) bahwa makna vivere pericoloso adalah nyerempet-nyerempet bahaya. Nah, mengacu kepada pemahaman yang demikian, tidaklah keliru bila yang dimaksudkan dengan "tahun vivere pericoloso" itu adalah tahun yang penuh dengan ketidak-puasan. 

Gejala ke arah sana sudah mulai tampak. Misalnya, rakyat pasti akan marah besar jika kasus Bank Century tidak segera dituntaskan. Rakyat pasti akan mempertanyakan kenapa seorang Anggodo hingga saat ini belum diadili. Rakyat tentu akan protes keras jika dalam kepemimpinan 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2, ternyata tidak dihasilkan sebuah "terobosan". Dan rakyat pun jelas akan kecewa berat jika seusai di beri hadiah mobil mewah seharga 1,3 Milyar itu, ternyata para pejabat negara hanya "suliweran" saja menikmati asyik nya pemberian itu. 

Ciri lain dari tahun vivere pericoloso adalah banyak nya perilaku yang "tabrak sana tabrak sini". Banyak kebijakan yang hanya asal jalan, tanpa diberi "ruh" yang jelas. Banyak aturan hukum yang saling bertabrakan, baik vertikal mau pun horizontal, setelah UU atau Perda diterapkan di lapangan. Dan banyak juga kebijakan yang saling tumpang tindih tanpa adanya koordinasi yang berkualitas. Good Governance pun hanya sebuah simbol. Pemerintahan, Dunia Usaha dan Masyarakat, amatlah sulit untuk berharmoni, karena belum terbangun nya "networking thinking" diantara para pihak yang terlibat.

Tahun vevere pericoloso, boleh juga diterjemahkan sebagai tahun yang penuh resiko buat rakyat. Satu hal yang patut jadi renungan adalah mampukah bangsa ini memerangi korupsi dan menurunkan angka kemiskinan, sekiranya Pemerintah sendiri tidak fokus dalam melakoni nya ? Pemberantasan korupsi bisa saja disebut sama sulit nya bila kita ingin menghapuskan kemiskinan. 

Penuntasan korupsi, tentu tidak cukup hanya dengan jargon politik yang diinisiasi oleh seorang Kepala Negara atau hanya mengambil beberapa sample, yang ditempuh secara tebang pilih. Tugas melawan korupsi, haruslah dilakukan oleh orang atau aparat yang benar-benar bersih. Arti nya, mana mungkin rakyat akan memberi apresiasi jika para penegak hukum nya sendiri banyak yang tidak pantas untuk diteladani. Rekaman Anggodo, semestinya dijadikan palu godam, dan bukan hanya sebuah bahan renungan semata. Marak nya mafia peradilan atau berkembang-biak nya makelar kasus, seharusnya membuat malu kita semua. 

Sebokbrok itukah wajah hukum di tanah merdeka ini ? Begitu pun dengan penanggulangan kemiskinan. Upaya yang dilakukan, pasti bukan hanya sekedar berkomitmen, namun yang lebih penting untuk digarap adalah langkah nyata apa saja yang sudah kita lakukan secara signifikan ? Persoalan nya adalah mana mungkin kita akan mampu menuntaskan kemiskinan kalau masih ada para penyelenggara negara nya sendiri terbukti kurang memiliki "sense of poverty". Lebih gawat lagi, jika persepsi yang menempel di benak nya, seperti sedang ongkang-ongkang kaki di atas awan dan memandang orang miskin sebagai manusia yang sedang menggelepar-gelepar di dasar lumpur. Andaikan "suasana kebatinan" masih diragukan, jangan harap kita akan menyelesaikan kemiskinan yang malah mengemuka menjadi "lingkaran setan yang tak berujung-pangkal".

Akhir nya, sekalipun 2010 dipersepsikan sebagai tahun vivere pericoloso (TAVIP), bukan berarti kita harus ragu untuk bersikap dan bertindak. Justru hal yang demikian, sudah seharusnya memacu kita untuk tetap waspada dan hati-hati dalam berkiprah. Kita butuh kecerdasan untuk menjawab nya. Kita harus kesampingkan rasa pongah atau keangkuhan dan mengganti nya dengan kesahajaan. Kita harus selalu mendengar, membaca dan merasakan "suara rakyat". Jangan sekali-kali mengabaikannya. Kita harus siap untuk berharmoni dengan segenap potensi kekuatan bangsa. Dan jangan lupa bahwa kita pun perlu untuk selalu "jembar manah".

Insya Allah, jika hal-hal itu dapat diwujudkan, maka kita akan melewati tahun 2010 dengan sebuah kemenangan. Yah.... Kemenangan seluruh bangsa yang merdeka !

di copy dari Catatan Suara Rakyat: 2010 : Tahun Vivere Pericoloso (TAVIP) ??

Comments

Popular Posts